blog-img

Model Pendampingan SINERGI Mempercepat Adaptasi Sekolah dalam Implementasi Konsep Deep Learning

Muhaimin,S.Pd.M.Si | Ilmiah | 31/10/2025

 

Pendahuluan

Implementasi pembelajaran mendalam (deep learning) di lingkungan sekolah menuntut perubahan paradigma yang signifikan dalam tata kelola pembelajaran. Konsep pembelajaran mendalam berfokus pada pengembangan kompetensi berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan refleksi siswa secara menyeluruh. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa proses adaptasi sekolah terhadap konsep ini masih mengalami berbagai kendala. Faktor internal seperti kapasitas guru yang belum merata dalam memahami serta menerapkan model pembelajaran ini, dan kepemimpinan kepala sekolah yang masih minim visi strategis, menjadi hambatan utama. Selain itu, dukungan eksternal dari dinas pendidikan dan keterlibatan masyarakat dalam memfasilitasi perubahan pembelajaran masih terbatas. Kondisi ini diperparah oleh beban administratif guru yang tinggi dan budaya pembelajaran lama yang masih melekat dan berorientasi pada hasil ujian semata. Oleh karena itu, peran pengawas sekolah sangat penting sebagai agen perubahan yang mampu merancang dan melaksanakan pendampingan adaptif dan kontekstual guna mempercepat transformasi pembelajaran.

Tantangan dalam Implementasi Pembelajaran Mendalam

Tantangan utama dalam menerapkan pembelajaran mendalam adalah perubahan mindset dan budaya belajar di sekolah. Sebagian besar sekolah masih berfokus pada pemenuhan administrasi pembelajaran dengan orientasi hasil ujian, belum pada penguatan proses berpikir tingkat tinggi dan pengembangan kompetensi secara sistemik. Beban kerja guru yang tinggi dan rendahnya budaya refleksi juga memperdalam kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, terbatasnya sarana digital dan ruang kolaborasi menghambat proses pengembangan ekosistem belajar yang dinamis. Pengawas sekolah dituntut tidak hanya sebagai pengawas administratif, namun juga sebagai mitra strategis yang mampu memfasilitasi kepala sekolah dan guru untuk bertransformasi secara nyata.

Model Pendampingan SINERGI

Untuk menjawab tantangan tersebut, dikembangkan Model Pendampingan SINERGI, akronim dari Sistematik, Inovatif, Efektif, Reflektif, Google-based, dan Integratif. Model ini didesain sebagai pendekatan komprehensif berbasis kolaborasi dan teknologi digital yang memperkuat kapasitas sekolah dalam menerapkan pembelajaran mendalam. Proses pendampingan berlangsung selama empat bulan di sepuluh sekolah dampingan, dengan tujuh tahapan sistematis yang mencakup:

  1. Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP)
    Tahap pertama menitikberatkan pada fasilitasi penyusunan dan penyempurnaan Kurikulum Satuan Pendidikan sebagai landasan implementasi pembelajaran mendalam. Melalui bedah rapor pendidikan dan diskusi kolaboratif antara kepala sekolah, guru, dan pengawas, kurikulum yang relevan dan dinamis dikembangkan berdasarkan data dan refleksi nyata di sekolah.

  2. Pengembangan Kompetensi Guru
    Guru dan kepala sekolah diberikan pembekalan konsep dan filosofi pembelajaran mendalam melalui pelatihan, diskusi reflektif, dan kolaborasi interaktif. Pendampingan ini mendorong perubahan paradigma dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik, yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, dan reflektif siswa.

  3. Fasilitasi Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
    Guru difasilitasi merancang RPP yang mengintegrasikan prinsip pembelajaran mendalam seperti kontekstualisasi dan pengembangan proses berpikir siswa. RPP yang telah disusun kemudian didokumentasikan secara digital melalui Google Drive untuk pemeriksaan dan umpan balik bersama pengawas.

  4. Digitalisasi Dokumentasi Kinerja
    Semua dokumen kerja pendampingan seperti kurikulum, RPP, refleksi, dan hasil observasi diunggah ke platform Google Sites yang terintegrasi dengan Google Drive. Sistem digital ini meningkatkan transparansi, akuntabilitas, serta efisiensi waktu dan sumber daya selama proses supervisi dan pendampingan.

  5. Fasilitasi Implementasi Proses Pembelajaran Mendalam
    Pengawas berperan sebagai fasilitator reflektif dalam mendukung guru membangun proses pembelajaran yang interaktif dan bermakna. Diskusi dan berbagi praktik baik dilakukan secara rutin untuk memperkuat budaya belajar aktif dan kolaboratif.

  6. Observasi Kinerja Guru
    Observasi sistematis dilakukan untuk menilai kemampuan guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen pembelajaran berbasis deep learning. Hasil observasi diklasifikasikan menjadi empat kategori kompetensi dan didokumentasikan secara digital.

  7. Evaluasi Kinerja Berbasis Data Digital
    Hasil observasi dianalisis menggunakan platform Loker Studio untuk memetakan kekuatan dan area yang perlu diperkuat guru. Evaluasi dilakukan dalam forum dialog antara pengawas, kepala sekolah, dan guru, menghasilkan rencana tindak lanjut berbasis data yang mendukung pembinaan berkelanjutan.

Refleksi dan Refleksi

Perjalanan implementasi pembelajaran mendalam mengungkap bahwa keberhasilan didasarkan pada faktor manusia dan transformasi budaya sekolah. Pendampingan dengan Model SINERGI membuktikan perlunya pendekatan sistematik dan reflektif berbasiskan kebutuhan nyata serta data konkret. Pengawas berperan sebagai agen perubahan yang menggerakkan ekosistem belajar melalui kolaborasi, leadership visioner, dan budaya reflektif. Hasilnya tidak hanya meningkatkan kompetensi guru, tetapi juga menumbuhkan budaya belajar sepanjang hayat yang mencerminkan profil pelajar Pancasila.

Kesimpulan

Model Pendampingan SINERGI merupakan inovasi strategis yang efektif dalam mempercepat adaptasi sekolah terhadap pembelajaran mendalam. Melalui pendekatan kolaboratif, berbasis data, dan didukung teknologi digital, model ini mampu mentransformasi praktik pembelajaran dan budaya sekolah secara menyeluruh. Pendampingan oleh pengawas yang bersinergi dengan kepala sekolah dan guru menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan ekosistem belajar inovatif dan berdaya saing.

DAFTAR PUSTAKA

Glickman, C. D., Gordon, S. P., & Ross-Gordon, J. M. (2018). SuperVision and Instructional Leadership: A Developmental Approach (10th ed.). Boston: Pearson.

Knight, J. (2011). Instructional Coaching: A Partnership Approach to Improving Instruction. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Biggs, J., & Tang, C. (2011). Teaching for Quality Learning at University (4th ed.). Berkshire: Open University Press.

Fullan, M., & Langworthy, M. (2014). A Rich Seam: How New Pedagogies Find Deep Learning. London: Pearson.

Kemendikbudristek. (2022). Panduan Supervisi Akademik dan Pembinaan Profesional Guru pada Satuan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Wenger, E. (1998). Communities of Practice: Learning, Meaning, and Identity. Cambridge: Cambridge University Press.

Robertson, J. (2020). Coaching Leadership: Building Educational Leadership Capacity through Coaching Partnerships. Wellington: NZCER Press

Kategori Artikel

Populer






footer_logo

2022 © copyright by Aimin Publicize.
All rights reserved.

Tentang Kami
Aimin Publicize adalah wadah publikasi bagi Insan kreatif dapat berupa artikel populer ataupun ilmiah, Karya Seni Sastra puisi, cerpen, novel dan kata – kata motivasi, disamping itu Aimin Publicize juga memuat berita – berita terkini yang inspiratif. Bagi yang membutuhkan dokumen – dokumen untuk menunjang tugas guru, kepala sekolah dan pengawas Aimin Publicize menyediakan ruang di dalamnya. Aimin Publicize menerima pembaca yang akan mempublikasikan berita, karya ilmiah atau pun Karya Seni dapat di kirim ke aiminpublicize@gmail.com
Hubungi Kami

Email : aiminpublicize@gmail.com
Whatsapp : +62 815 6924 757