blog-img

Menutup Mata Membuka Hati  Padhang Sajroning Peteng

Muhaimin,S.Pd.M.Si | Populer | 03/11/2025

Dalam riuhnya dunia yang semakin gemerlap oleh citra dan pencitraan, kita sering kali lupa bahwa mata manusia tak selalu melihat kebenaran. Ia hanya mampu menangkap kulitnya saja permukaan yang dipoles, dihias, dan direkayasa untuk tampak memesona. Padahal di balik itu, bisa jadi tersimpan wajah lain yang tak kasat mata, yang hanya bisa dibaca oleh hati yang bening.

Pujangga leluhur pernah berpesan, “Weninging cipta ngunduh sabda.” Saat pikiran bening, maka suara kebenaran akan terdengar tanpa perlu dipaksa. Namun bagaimana bisa kita mendengar suara sejati itu, jika hati masih bising oleh keinginan untuk tampak sempurna, untuk diakui, untuk disanjung? Banyak orang kini memainkan diri seolah panggung dunia ini tak pernah padam cahayanya, mereka berdandan bukan hanya dengan pakaian, tapi juga dengan sikap dan kata yang disusun sedemikian rupa agar tampak baik, agar tampak luhur.,namun sesungguhnya, yang tampak belum tentu yang sebenarnya.
Manusia kini pandai menata wajah kejujuran palsu, menebar senyum yang disulam dari kepentingan, dan mengucap manis kata yang tak berakar pada nurani. Lalu mata kita, yang hanya melihat permukaan, pun mudah tertipu. Tak hanya manusia, bahkan keadaan pun kini bisa dipoles: yang gelap disulap tampak terang, yang bengkok dibingkai seolah lurus.

Di sinilah kita perlu belajar satu kebijaksanaan: “Menutup mata, tapi hati tetap terbuka.”
Kalimat sederhana, tapi sarat makna. Menutup mata bukan berarti buta terhadap dunia, melainkan berhenti sejenak dari kebisingan pandangan yang menipu. Saat mata terpejam, hati mulai berbicara. Dalam senyap, kita bisa mendengar suara kecil yang lama tertimbun: suara nurani. Ia yang memberi tahu mana yang tulus dan mana yang hanya pura-pura.

Menutup mata adalah cara untuk kembali pada pusat diri, menata ulang arah hidup agar tak tersesat dalam arus citra. Membuka hati adalah keberanian untuk menyambut kebenaran, meski kadang pahit dan menampar ego. Karena sejatinya, keindahan jiwa tak datang dari kesempurnaan rupa, tapi dari kejernihan niat.

Seorang bijak Jawa berkata, “Ngerti sadurunge winarah, eling sadurunge lali.”
Mengertilah sebelum tersesat, sadarilah sebelum terlena.
Dunia ini adalah cermin yang bisa memantulkan dua wajah: wajah kepalsuan dan wajah kejujuran. Pilihan ada pada kita—apakah ingin memoles diri untuk dilihat indah oleh mata orang lain, atau membersihkan hati agar terlihat jernih oleh cahaya kebenaran.

Maka, sebelum menilai orang lain, sebelum menghakimi keadaan, berhentilah sejenak. Tutup matamu. Rasakan getar halus di dada yang berbisik: apakah yang kulihat benar adanya, atau sekadar bayangan semu yang menipu pandangan?

Dalam hening, kita akan tahu: tidak semua yang berkilau itu emas, dan tidak semua yang sederhana itu biasa. Kadang justru dalam diam dan kebeningan, kebenaran menampakkan wajah sejatinya.
Dan di sanalah, pencerahan sejati bermula.


Kategori Artikel

Populer






footer_logo

2022 © copyright by Aimin Publicize.
All rights reserved.

Tentang Kami
Aimin Publicize adalah wadah publikasi bagi Insan kreatif dapat berupa artikel populer ataupun ilmiah, Karya Seni Sastra puisi, cerpen, novel dan kata – kata motivasi, disamping itu Aimin Publicize juga memuat berita – berita terkini yang inspiratif. Bagi yang membutuhkan dokumen – dokumen untuk menunjang tugas guru, kepala sekolah dan pengawas Aimin Publicize menyediakan ruang di dalamnya. Aimin Publicize menerima pembaca yang akan mempublikasikan berita, karya ilmiah atau pun Karya Seni dapat di kirim ke aiminpublicize@gmail.com
Hubungi Kami

Email : aiminpublicize@gmail.com
Whatsapp : +62 815 6924 757